KELOMPOK II
Nama-Nama :
YOHANA V. NUMUR
DANIEL SNAE
NELIDIAN F. TAKUMAU
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji
Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena Atas Berkat
Dan Rahmatnya Penulis dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi Dan Bisnis ini
tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang”Etika bertelepon dan
Menelepon”
Dalam proses penyusunan makalah ini
penulis banyak menemui tantangan dan hambatan. tetapi berkat kerjasama dari
tim, semua masalah tersebut dapat di atasi, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dengan caranya masing-masing dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi penyusunan, maupun materi yang di bahas. oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.
akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kupang, April 2016
Tim
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTRA ISI...................................................................................................................... ii
BAB I
1.1 LATAR
BELAKANG.................................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 1
1.3 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................. 1
1.4 MANFAAT PENULISAN.......................................................................................... 1
BAB II
2.1 PENGERTIAN ETIKA............................................................................................... 2
2.2 ETIKA KOMUNIKASI INTERPERSONAL............................................................ 3
2.3 ETIKA
KOMUNIKASI MENGGUNAKAN MEDIA TELEPON......................... 3
2.4 HAMBATAN/
MASALAH DALAM BERTELEPON............................................ 8
BAB III
A. KESIMPULAN........................................................................................................... 9
B. SARAN........................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Etika
komunikasi merupakan norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan
komunikasi di suatu masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Begitu pula dalam penggunaan telepon harus memperhatikan etika serta sopan
santun dan tata caranya. Hal ini perlu diperhatikan mengingat tata cara
seseorang menerima telepon dan menelepon mewakili citra dari pimpinan tempat
seseorang itu bekerja. Maka dari itu, tata cara bertelepon dan menerima telepon
sangatlah penting untuk diperhatikan terutama pada saat bekerja. Seseorang akan
dapat menyimpulkan bagaimana keadaan suatu perusahaan atau organisasi hanya
dengan cara melakukan hubungan melalui telepon baik sebagai orang yang
menelepon maupun dalam menerima telepon. Walaupun komunikasi melalui telepon
tidak secara langsung, tetapi sangat perlu diperhatikan agar tidak berpengaruh
buruk terhadap perusahaan. Seseorang yang menerima telepon atau menelepon
dengan sikap yang menyenangkan, efektif, dan efisien akan memberikan kesan
positif bagi perusahaan tempat dia bekerja.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari etika itu ?
2. Apakah etika komunikasi interpersonal itu ?
3. Bagaimana
etika komunikasi menggunakan media telepon?
4. Apa
saja hambatan dalam bertelepon?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian etika
2. Untuk
mengetahui etka komunikasi interpersonal
3. Untuk
mengetahui etika komunikasi menggunakan media telepon
4. Untuk
mengetahui hambatan dalam bertelepon
1.4
Manfaat Penulisan
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Dan Binis
2. Dapat
dijadikan wawasan dalam proses pembelajaran berikutnya
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Etika
Dari
segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin ethicus yang
berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan
kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk mempelajari
etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai suatu
studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk. Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membuka wawasan tentang
kebaikan dan keburukan atas tindakan seseorang.
Courtland
L. Bovee dan John V. Thill (Alih bahasa Doddi Prastuti, 2007: 31)
mendefinisikan etika adalah prinsip perlaku yang mengatur seseorang atau
sekelompok orang. Orang yang tidak memiliki etika, melakukan apapun yang
diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang memiliki etika umumnya
dapat dipercaya, adil, dan tidak memihak, menghargai orang lain, dan
menunjukkan kepedulian terhadap dampak atas tindakannya di masyarakat.
Seringkali orang mencampur aduk istilah etika dan etiket. Etika adalah cabang
filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan moral atau
kesusilaan. Sedang etiket ialah tata karma atau sopan santun. Dalam menelaah
ukuran baik dan buruk ini, kita bisa melakukan penggolongan etika menjadi dua
kategori, ialah etika dekriptif dan normative.
a. Etika
Deskriptif
Etika
deskriptif merupakan usaha menilai tindakan atau perilaku berdasarkan pada
ketentuan atau norma baik-buruk yang tumbuh dalam kehidupan bersama, baik dalam
keluarga maupun di dalam masyarakat. Kerangka etika ini pada hakikatnya
menempatkan kebiasaan yang sudah ada di keluarga atau di masyarakat sebagai
acuan etis. Apakah tindakan seseorang itu etis ataukah tidak, tergantung
kesesuaiannya dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Jadi ukuran etisnya
sederhana saja, kalau tidak bertentangan dengan kebiasaan, maka tindakan itu
dikategorikan etis. Namun apabila berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan
orang merupakan tindakan yang tidak etis.
b. Etika
Normatif
Etika
normative berusaha menelaah dan memberikan penilaian etis atas tindakan dengan
cara yang berbeda, yaitu dengan menggunakan norma yang dibuat oleh otoritas
tertentu. Dengan demikian apakah tindakan itu etis atau tidak, tergantung
dengan kesesuaiannya terhadap norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah
institusi atau masyarakat.
2.2
Etika Komunikasi Interpersonal
Etika komunikasi
merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni
norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan komunikasi di
suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi interpersonal dapat berlangsung
secara lisan maupun tertulis.Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap
muka), maupun dengan menggunakan media sepertri telepon, SMS, facebook, e-mail,
dan sebagainya. Baik komunikasi langsung maupn tidak langsung, norma etika
perlu diperhatikan.
Komunikasi interpersonal
merupakan proses komunikasi antar pribadi atau individu. Untuk menjaga agar
proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai
tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan individu, maka diperlukan etika
komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai anggota masyarakat, perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1) Nilai-nilai
dan norma-norma sosial budaya setempat
2) Segala
aturan, ketentuan,, tata tertib yang sudah disepakati
3) Adat-istiadat, kebiasaan yang dijaga
kelestariannya
4) Tata karma pergaulan yang baik
5) Norma
kesusilaan dan budi pekerti
6) Norma sopan santun dalam segala tindakan.
2.3 Etika
Komunikasi Menggunakan Media Telepon
Telepon
adalah alat untuk berkomunikasi jarah jauh antara komunikator dengan komunikan
karena tidak dapat bertatap muka atau bertemu secara langsung. Pesawat telepon
ini bertugas mengubah suara orang menjadi sinyal-sinyal (tanda isyarat) listrik
dan pada tempat yang dituju sinyal-sinyal listrik itu diubah menjadi getaran
suara, sehingga dapat terdengar suara asal percakapan.
Etiket bertelepon adalah tata krama, sopan-santun,tata pergaulan dalam
bertelepon (menerima-melakukan kontak telepon) yang meliputi
berbicara dengan jelas, tegas, terkesan ramah, hangat dan bersahabat.
Berikut
ini sikap dalam pelayanan efektif sebagai seorang penerima telepon yang perlu
diperhatikan adalah 7c, yaitu:
1) Caring
; Memperhatikan , mendengarkan dan mencatat masalah penelepon.
2) Commited
; Merasa terikat dengan organisasi, tidak melemparkan permasalahan kepada orang
lain dengan alasan bukan tugas atau urusan atau masalah pribadi.
3) Confident
; Penuh keyakinan dalam mengatasi
masalah. Penerima telepon tidak boleh bersikap merendahkan diri sendiri.
4) Considerate
; Bersahabat, menolong, dan mengerti emosi penelepon.
5) Controlled
; Tidak terbawa emosi pada saat penelopon mengungkapkan kekecewaan (marah).
Tetap bersikap untuk selalu membantu dalam mengatasi masalah penelepon.
6) Creative
; Mampu menemukan cara-cara yang baik dalam menerima telepon.
7) Contagious
; Bersikap gembira, antusias, sejuk,
damai pada penelepon
2.3.1 Etika
bertelepon yang harus diperhatikan secara umum, antara lain:
Mengangkat
dengan segera bila telepon berdering.
Memperkenalkan
diri terlebih dahulu bila menerima atau menghubungi seseorang melalui telepon.
Menggunakan
bahasa yang formal, baik, sopan, dan tepat.
Berbicara
dengan jelas, ramah, dan menyenangkan.
Bertanya dengan bijaksana.
Mencatat pesan atau pembicaraan
Mengucapkan
terima kasih dan salam pada bagian akhir pembicaraan.
Meletakkan
ganggang telepon dengan pelan.
2.3.2 Etika
bertelepon harus diperhatikan secara khusus, antara lain:
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
terlebih dahulu.
Mengucapkan
salam wajib dilakukan dan mengenalkan diri agar lawan bicara kita tahu dengan
siapa dia berbicara.
Menggunakan bahasa yang formal, baik,dan
sopan.
Berguna agar tidak ada kesalahpahaman arti dari lawan bicara sehingga mengetahui maksud dan tujuan dari tema
pembicaraan.
Tidak berbicara dengan orang lain selagi menelepon.
Kita harus focus dalam
satu pembicaraan saja agar tidak ada kesalahan dalam berbicara.
Tidak berbicara sambil makan sesuatu atau
mengunyah permen.
Jika kita
berbicara sambil makan maka suara kita akan terdengar kurang jelas oleh lawan
bicara dan bahkan dapat membuat kita tersedak, karena makan sambil berbicara.
Berbicara tidak terlalu banyak basa basi.
Jika terlalu
banyak basa basi akan menambah biaya telepon, menyita waktu dan membuat lawan
bicara kita merasa bosan.
Tidak berbicara dengan nada kasar apalagi membentak.
Ini akan membuat kesan seperti
marah-marah dan membuat lawan bicara kita akan merasa dimarahi sehingga Ia akan
mengakhiri pembicaraan.
Nada dan intonasi bicara tidak terkesan
malas atau tidak ramah.
Akan
menyebabkan lawan bicara merasa malas pula untuk berbicara dan malas meladeni
atau bahkan tidak menghiraukan apa yang sedang kita bicarakan.
Mencatat pesan atau pembicaraan.
Semua pesan wajib dicatat agar
kita tidak lupa akan pesan yang harus disampaikan.
Sampaikanlah pesan kepada orang yang dituju si
penelepon.
Jika ada
pesan maka pesan itu wajib disampaikan, karena setiap pesan itu pasti penting
bagi si penerima pesan.
2.3.3
Hal-hal
penting dalam etika bertelepon adalah :
1.
Jangan
biarkan telepon berdering 2-3 kali segeralah angkat.
2.
Dengarkan
mitra bicara dan berkonsentrasi dengan pihak penelepon (tidak melamun).
3.
Berkatalah
dengan sopan dan hangat, hindari kata-kata yang bisa meyinggungi perasaan
penelpon.
4.
Berikan
respon secara tepat dan lugas.
5.
Berbicaraseperlunya dengan volume suara cukup jelas, tegas, lancar serta hangat dan
bersahabat.
6.
Siapkan
perlengkapan seperlunya ketika akan menelepon, seperti nomor telepon yang
dituju, buku catatan, dan pensil. Setelah itu tanyakan apakah penerima telepon
punya waktu untuk berbicara.
2.3.4
Langkah-langkah dan teknik menerima telepon adalah :
1.
Segeralah
angkat jika telepon berdering.
2.
Ucapkanlah
salam begitu anda mengangkat telepon.
3.
Bila
penelepon menanyakan orang lain, tanyakan nama dan identitas orang yang dicari.
4.
Bila orang
yang dituju tidak ada ditempat maka beritahukan dengan sopan dan tawarkan pada
penelepon untuk meninggalkan pesan.
5.
Setelah
menyelesaikan pembicaraan dengan penelepon sebaiknya mengucapkan salam, dan
jangan meletakkan gagang telepon mendahului penelepon, tunggu sampai gagang
telepon diletakkan atau telepon ditutup selama dua atau tiga detik olah
penelepon.
2.3.5
Cara menggunakan telepon yang baik
Pegang
gagang telepon dengan baik menggunakan tangan kanan, tempelkan telepon dekat
telinga dengan benar, sebaiknya mikrophone jangan terlalu dekat dengan mulut.
Usahakan
nafas kita saat bicara ditelepon tidak terdengar seperti mendengus.
Ucapkan
salam.
Tanyakan
identitas penelepon.
Gunakan
“Smiling Voice” dan “Pitch Control” selama pembicaraan berlangsung.
Simak
baik-baik pesan dan kalimat penelepon.
Apabila anda
tidak mengerti, tidak ada salahnya anda mengulangi pertanyaan.
Akhiri
pembicaraan dengan salam.
Seseorang
yang menerima atau menelepon dengan sikap yang menyenangkan, efisien, dan
efektif akan memberikan kesan positif bagi perusahaan tempatnya bekerja. Sikap
hormat dan ramah ketika bertelepon merupakan hal yang sangat penting. Karena
sikap hormat dan ramah akan terpantul dalam suara, dan akan terasa oleh lawan
bicara. Suara yang sabar, tulus, dan mau mendengarkan merupakan kunci
kesuksesan dalam berkomunikasi lewat telepon. Orang yang ramah, wajahnya akan
selalu disertai dengan senyuman. Karena dengan senyuman akan memacarkan
keramahan. Hal ini dapat dirasakan oleh lawan bicara. Senyuman dan sikap ramah
akan memberikan kesan yang baik serta simpatik. Sehingga lawan bicara akan
merasa bahwa kita benar-benar bersikap ingin membantu. Kesan yang simpatik
dapat pula ditimbulkan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi.
Bahasa yang digunakan tentu saja bahasa yang formal atau baku ialah bahasa
resmi tidak dicampur dengan bahasa daerah atau asing. Sehingga tidak terjadi
kesalahpamahan akibat penggunaan arti kata yang tidak tepat. Bahasa ketika
bertelepon harus santun pula, artinya meskipun kita telah mengenal dekat orang
yang menelepon tetapi ketika bertelepon harus sopan, hormat, tidak menggunakan
kata-kata yang kurang baik atau memanggil dengan sebutan yang tidak pada
tempatnya atau tidak pantas (sekalipun maksudnya hanya bercanda).
Seseorang
yang sedang bekerja tentu akan sibuk sehingga menimbulkan kelelahan. Ketika
seseorang sedang lelah kemudian menerima telepon atau menelepon, maka
usahakanlah nada kesal tidak terasa atau tidak kentara oleh lawan bicara.
Karena nada kesal yang sampai tertangkap oleh lawan bicara dapat menyebabkan
suasana/hubungan bisnis menjadi terganggu. Nada kesal yang terasa oleh lawan
bicara akan memperlihatkan ketidakprofesionalan seseorang. Salah satu ciri
orang yang professional ialah mampu mengendalikan diri, termasuk mengendalikan emosi
berupa rasa kesal. Ketika seseorang bertelepon, apa yang dikatakan dan
bagaimana sikap yang muncul, mencerminkan kepribadiannya. Namun kepribadian
yang bertelepon ini sebenarnya mewakili citra dari kantor atau perusahaan
tempat seseorang bekerja. Orang sering menarik kesimpulan berdasarkan kesan
atau reaksi yang diperoleh ketika bertelepon. Setiap perusahaan telah berusaha
membangun citra yang baik, namun bila seorang karyawan tidak mampu menangani
telepon dengan baik tentunya akan merusak citra yang dimiliki oleh kantor atau
perusahaan. Sebaliknya, sikap yang baik ketika bertelepon, akan turut
mengangkat citra positif bagi perusahaan atau kantor. Bagi karyawan sendiri
bila dapat membina hubungan yang baik ketika bertelepon, akan sangat bermanfaat
bagi perkembangan karier. Telepon perusahaan atau kantor hanya digunakan untuk
kepentingan kantor hanya digunakan untuk kepentingan kantor dan perusahaan.
Bila digunakan untuk kepentingan pribadi akan berdampak kurang baik bagi citra
diri. Apalagi jika sampai dijadikan tempat untuk bergunjing. Selain perusahaan
menjadi rugi membayar pulsa tinggi, barangkali akan menghambat perkembangan
kantor atau perusahaan, seandainya ada telepon penting masuk, sehingga tanpa
disadari akan menghambat pekerjaan. Materi pembicaraan telepon ketika di
kantor, tentunya harus menyangkut urusan kantor. Jika urusan yang bersifat
pribadi sangat penting, pihak pimpinan pun tidak akan berkeberatan.
Namun
seorang pegawai yang baik harus dapat membatasi diri, usahakanlah pembicaraan
berlangsung singkat dan secepat mungkin, agar tidak menggangu pekerjaan. Bila
seseorang menerima telepon kebetulan orang yang dituju tidak ada, maka seorang
pegawai harus mampu menanganinya dengan cara yang tepat. Misal, mencatat
pesanannya, diminta menelepon kembali, orang yang dituju akan dipanggil
terlebih dahulu, menanyakan kesediaannya apakah akan ditunggu, dan lain-lain.
Seorang pegawai ketika menerima telepon, harus dapat menangani pula bila orang
yang menelepon salah sambung atau harus disalurkan ke bagian lain. Adakalanya
si penelepon bersikukuh ingin berbicara langsung dengan pimpinan, Sedangkan
pimpinan sedang tidak berada di tempat atau sedang sibuk (rapat), maka penerima
telepon harus pandai menyiasati masalah seperti ini. Apabila ada penelepon yang
berbicara dengan nada keras atau mengancam sehingga menimbulkan rasa curiga,
maka penerima telepon harus menghadapinya dengan sabar, bijaksana namun tegas.
Dalam hal seperti ini seorang penerima telepon harus menggunakan seluruh
kemampuannya untuk berdiplomasi.
2.4 Hambatan/
Masalah dalam Bertelepon
Ada
dua faktor penghambat ketika bertelepon, yaitu:
a. Faktor
alat
Faktor
alat, maksudnya hambatan terjadi karena peralatan telepon tidak berfungsi
dengan baik. Hal seperti ini dapat berupa: suara berisik, suara timbul tenggelam,
suara mengecil, tidak terdengar nada kontak, nada sambung tidak terdengar,
sambungan terputus ketika berbicara
b. Faktor
pengguna telepon
Faktor pengguna telepon, maksudnya orang yang
menggunakan telepon, baik penerima telepon maupun penelepon bersikap kurang
baik seperti, berbicara sambil makan, meninggalkan telepon sambil berbicara
kepada orang lain atau berbicara kepada pihak ketiga, desah nafas keras,
berbicara kurang baik atau kotor, sambil bersenda gurau yang keterlaluan,
berbicara dengan kepala bergerak ke kanan dan ke kiri, letak gangang telepon
ketika berbicara terlalu ke atas atau ke bawah.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada
hakikatnya etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai
pengerian tersendiri, yakni norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi
interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan
dapat terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media
sepertri telepon, SMS, facebook, e-mail, dan sebagainya. Baik komunikasi
langsung maupn tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan. Dalam pergaulan
dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang
tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan
pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik.
Dewasa
ini telepon, baik kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang
sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi.
B. SARAN
Etika
komunikasi dalam bertelepon dan menelpon harus selalu diperhatikan dan dijaga
dengan baik, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada citra perusahaan
tempat anda bekerja, dan secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap
kelangsungan karir anda.
DAFTAR
PUSTAKA
http://irmacatur.blogspot.com/2012/04/cara-sekretaris-berkomunikasi-yang.htmlhttp://www.metrotvnews.com/read/news/2011/07/25/58898/Berbicara-Efektif-Melalui-Teleponhttp://rajapresentasi.com/2009/11/menggunakan-telpon-dan-alat-komunikasi-secara-efektif/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar